kesendirian di penghujung pekan

menyenangkan rasanya mendengar dering bel.
otak kini mulai menyusun rencana tiga puluh menit ke depan.

huff ya aku benar-benar sendiri
tidak ada satu pun orang pasti yang ada di sebelahku.
yah dengan sesederhana mungkin
perencanaan dengan harapan itu terbentuk dan membuat
kaki melangkah pergi. tinggalkan ruang dengan pojok indah
di bawah, orientasi arah awalnya hilang
tak tahu kemana seharusnya jejak berlanjut
agar berpapasan dengan jejak lain.
keputusan dibuat; biarkan angin membimbing.
keluar.
lalu menukar selembar kertas.
tangan terasa penuh dan sulit saat ada suara menyebut nama.
kepala terangkat dan terlihatlah wujud dari sebuah harapan.
garis merah itu tersambut botol biru
awal yang baik untuk sebuah obrolan

terus berlanjut. bahkan sampai matahari jingga menyorot coklat bola matanya.
baru sadar. hihi.
balon demi balon kata terucap dan tertukar
disertai angin orang lalu lalang

ya, sedari awal tetap tidak berpindah tempat. padahal aku kasihan pada bulir yang memenuhi helai rambutnya. bukti bahwa sulit bertahan dalam perbincangan di situ.
lucunya,
betapa anehnya menyadari bahwa kedua sisi seperti sama-sama menahan momen ini. takut kalau aura ini rapuh, gampang hilang terbawa angin masa lalu kalau dijeda oleh waktu.
ya. itu rasaku. tak tahu seperti apa miliknya.
haha lucu.
cara bercandanya. dan cara meledeknya.
sempat sedih dia muram mencabuti daun palem mengatakan angka 62 yang diperbandingkan dengan sebuah angka sempurna dalam skalanya.
jangan gitu dong. you deserve more than that..
sayang di tengah-tengah bunga yang bersemi ada lebah yang siap menyengat.
yak. bel jam ketiga.
semoga si pemanis mata itu yang berada di muka.
bye.

Comments

Popular posts from this blog

terima kasih dan maaf