hariku berubah

pagi jadi siang, siang jadi sore, sore jadi malam dan malamku jadi pagi.
lalu berubah lagi.
pagi menjadi malam, siang dan sore menjadi pagi. lalu malamku? menjadi abstrak.

semua bercampur aduk layaknya lukisan tanpa kuas. sayangnya aku tak tahu bagaimana hasilnya. lukisan itu masih dikerjakan, orang lain. oh, bukan. tapi Tuhan. Ia sedang memoles ulang lukisan yang sudah kubuat. sekarang lukisan itu ada di tanganNya dan sedang ditorehkannya cerlingcerling impian indah dan harapan.


harapan itu segalanya. kalau kau punya segenggam harapan, maka kau telah memiliki segala-galanya.



aku sangat percaya itu. kau boleh sebut aku polos atau bahkan naif, tapi aku tidak keberatan. selama semua itu ada yang mempercayainya, hal itu akan tetap hidup di hati. hatiku setidaknya.
namun terkadang aku berpikir.
salahkah aku begini?
ataukah lebih baik aku memang begini?

Comments

Popular posts from this blog

terima kasih dan maaf