pelajaran mengkhayal di malam hari

Aku pergi ke taman belakang, tapi bukan lewat pintu belakang. Aku cukup membuka jendela kamarku, memanjat beranda, dan merosot perlahan dari sela-sela dinding luar rumah. Yak, secara perlahan aku sampai di rumah pohonku! Ukurannya tak begitu besar, namun sangat nyaman dipakai kala ingin sendiri atau menghabiskan quality time bersama orang tersayang. Malam ini aku sendiri, orang yang kuharapkan menemaniku sudah larut dalam mimpinya. Di dalam rumah pohon ini sekarang udaranya agak lembap dan dingin, maklum tadi malam hujan sempat singgah. Tapi jangan menyangka hujan dapat membasahi seisi rumah pohon. Di dalamnya tetap nyaman walau dingin menyelimuti, untung aku selalu menyimpan jaket tebal di pojok kamar agar tidak lupa dan menghabiskan sepanjang malam di rumah pohon hanya dengan menggigil. Setelah kupakai jaket itu, warnanya hitam dan ber-hoodie, aku keluar kamarnya dan duduk di tepian beranda rumah. Aku sangat suka berada di sini, salah satu spot terbaikku di dunia, selain kamar kosanku dan tempat-tempat lain dalam imajiku. Biasanya kalau aku duduk di sini aku akan duduk di bangku selonjor dan memandang langit, tapi sekarang aku lebih suka duduk di tepi dan menjulurkan kakiku bebas ke bawah. Aku suka begini. Eh tapi lama kelamaan kakiku rasanya kedinginan. Langsung ingat ada yang mengejekku seperti orang tua karena kelemahan kakiku itu dalam melawan dinginnya udara. Kutariklah kakiku kemudian dan memeluknya. Oh iya, di pergelangan tanganku sekarang sedang tergantung sebentuk jeruk. Hihi, aku mengambilnya dari kamar tadi untuk menemaniku ngalong di rumah pohon malam ini. Ah jadi ingin makan apel kan. Oke, yang terakhir itu hanya pikiran random. Eh tapi segelas susu coklat rasanya enak jika dinikmati sekarang ya? Hmm, nantilah aku akan mengambilnya. Malas beranjak dan merusak momen ini sekarang. Momen pentingkah? Ah, tidak juga, bahkan sangat tidak penting untuk orang-orang. Tapi ya memang aku suka begini. Sebut saja aku aneh, aku cukup terbiasa dengan hal itu. Rasanya kalau begini bernapas jadi ringan dan kata-kata jadi lepas. Lihat kan sedaritadi aku ngoceh tiada henti? Ini benar-benar tidak berjeda loh, pikir dan kata datang silih berganti sembari minta ditumpahkan. Lucu, menemukan kenyataan aku bisa lagi terjebak dalam keadaan seperti ini. Sudah lama tidak begini sejak (hampir) semua subjek khayalku menjadi nyata. Hmm ya ya memang suatu fakta aneh. Eh? Apa karena itu terjadi padaku saja makanya aneh? Ah, sebodo amat. Kibarkan bendera apatis dan tak perlu ada masalah. Sekarang aku ingin bangkit mengambil hp dan headset baruku, lalu menyetel playlist favorit dan menikmati waktu bergulir lagi di sini.
Sudah sudah, tak perlu tahu lagi apa yang kulakukan sesudah ini. Terserah aku mau berapa lama di sini, sampai bosan atau sampai mati kedinginan. Lagipula tak ada yang protes kan sekarang? Hehe.

Comments

Popular posts from this blog

terima kasih dan maaf