sebuah kemenangan butuh pengorbanan


kemarin adalah hari penentuan yang bersejarah dalam hidupku dan Amanda Y Purnomo. segala jerih payah kami untuk mewujudkan baju enggang kebanggaan terbayar sudah dengan sebuah piala dan piagam yang dengan resmi membuktikan bahwa kami pantas meraih juara 1 dalam kompetisi itu. entah apalagi yang bisa menggambarkan perasaan kami sekarang, selain tentunya senang dan bangga.

semua usaha kami ini dimulai dari Manda yang mengajakku berpartisipasi bersamanya dalam satu tim untuk lomba ini. jujur, pertama kali aku mendengar kabar ini agak kurang peduli juga aku menanggapinya karena saat itu aku sedang dalam penantian giliran tampil dalam lomba modern dance di SMAK 3 Jakarta. namun siapa sangka, kekalahanku di situ bakal terbayar dengan lomba yang tadinya gak sempat mampir membuatku resah sebelumnya.

seperti biasa, waktu membuat kami pusing. jadwal yang semula diberikan oleh Sanur BSD yang menjadi penyelenggara acara bertabrakan dengan jadwal aku dan Manda retret ke Sukabumi. untungnya dengan negosiasi yang cukup mudah kami mendapat kompensasi untuk memundurkan jadwal kami setelah kami pulang retret. dan masalah baru pun muncul.

waktu yang memburu membuat kami kelimpungan. setiap melihat agenda, yang tergambar jelas adalah tanggal 22 dan 23 yang dihalangi deretan tanggal 18-21 yang dipenuhi kata RETRET. maka tak ada pilihan lain, kami merancang dan mengumpulkan inspirasi kala jam pelajaran di kelas. biasanya jam pelajaran mat lah yang kami korbankan. haha ya mungkin juga bisa dibilang supaya kami gak ngantuk, jadinya kami merger bangku dan menggambar hehe.. tapi itu bener-bener mujarab! mulai dari ide kami terpusat pada detail kalimantan sampai kami punya suatu cerita utuh dan padu pada rancangan houte couture kami. bimbang, stuck, ragu, senang, sampai overjoy kami lalui setiap tahapannya pada jam matematika (mostly) walau terkadang memang ada jampel yang diberkati untuk kami (baca:jam kosong)

mungkin, pengorbanan tidak hanya sekedar waktu belajar bagi kami. dalam waktu yang entah tidak disengaja ataukah memang rencana Tuhan, kami juga menumpahkan banyak air mata dalam usaha kemenangan kami ini. pada 2 hari dalam waktu brainstorming ide kami, Manda datang ke sekolah dengan mata sembab dan mood yang porak poranda. semalaman ia diomel mamanya yang sepertinya memang sedang tidak memiliki suasana hati yang baik. belum lagi botol minumnya yang dari pagi hari sudah membuat keriting semua isi tasnya. tapi tadi aku bilang, kami yang menghabiskan air mata kami, karena setelah 2 pagi Manda datang dengan mata sembab, akulah berikutnya yang datang dengan mata bengkak, kurang tidur, dan perasaan yang sedih hancur lebur. ya, handphone baru hadiah ulang tahunku yang telah banyak membantuku menemani hari-hariku hilang begitu saja tanpa bekas dan tanpa kesempatan untuk kembali. jujur, aku tidak mau bicara banyak soal ini, hatiku terlalu sakit.

dan itulah perjuangan yang kami lakukan. tak tanggung-tanggung, bahkan kami membawa rok super hebih dari "bulu" enggang rancangan kami itu ke Sukabumi, tempat kami retret. saat menemui waktu luang, aku dan Manda langsung bersemangat menuju kamar 26 yang (secara resmi) ditempati oleh Manda dan Cynthia yang kemudian menjadi markas jahit untuk kami selama retret. banyak yang mengetahui hal itu cuma bisa bertanya-tanya "hah lo sampe bawa-bawa ke sini segala?" atau "ini buat apaan?" dan sebagainya. tapi toh kita tetap melakukannya sekalipun ada gempa di sana (hahah berlebihan..)

dan yang paling tidak bisa kulupakan adalah saat-saat menunggu pengumuman. sungguh menegangkan sekaligus penuh keyakinan. yah gak bisa aku lupakan saat pertama kali aku meraih juara 1..

Comments

Popular posts from this blog

terima kasih dan maaf