tak ada ide untuk judul

sempat terlintas untuk berkata tidak dan berhenti ‘membual’ seperti kata jarum tapi sayap tetap brsikeras untuk berharap dan berharap
dan untungnya, bukan jarum yang memenangkan pergolakan saat itu..
bahkan sampai sekarang
aku suka bintang, kuakui itu, begitu pula dengan lantangnya aku meneriakan pada dunia bahwa aku rindu melihat sorot cahaya bintang terindah itu, yang rasanya hampir tua jadinya usiaku saat kuterpaku pada waktu untuk menunggu..
dia dulu sering menyapaku di ujung bukit yang sunyi kala diri hanya berteman pada bulir angin dingin dan kerik suara jangkrik. kini dia tak terlihat, sedang berkeliling ke belahan bumi utara untuk mencari segenggam cita-cita, dan terangnya tidak terjamah di bukit panas ini.
kini dia tak terlihat, sedang berkeliling ke belahan bumi utara untuk mencari segenggam cita-cita, dan terangnya tidak terjamah di bukit panas ini. bintang sejati terdekat makin berkuasa meningkatkan intensitas ‘kutukan’nya. membuatku tidak kerasan pada bukit yang selalu menggodaku untuk bersetia pada malam hari dalam lingkup cinta warna-warni
paksakan pita suara berderu lantang!
panggil bumi agar segera berputar cepat! jangan hanya pojok Malaka sana yang mereguk nikmatnya, toh juga belum tentu mereka suka pada caranya! bagaimana kalau ternyata perjuangannya digoyahkan? dia kan sudah meninggalkan banyak hidup untuk berenang sampai ke situ. aku tidak kuat jika mendengar berita bahwa dia redup! dia itu terang sekali! sungguh sangat terang.. hingga kamu tak akan sadar bahwa kamu telah dibutakan oleh cahayanya dan tidak peduli lagi jika dia berlalu lalang, dan pada akhirnya aku dan sebagian oranglah yang tahu..
lalu sekarang.. begitulah yang masih bergulir sampai detik ini kuhirup dan resapi. tak ada yang berubah, bertambah mustahil, berkurang masih mungkin. sayangnya dengan sedikitnya esensi membuatku sulit berimajinasi seperti segenggam pelangi yang dia beri sebelum dia beranjak pergi. pelangi tak kasat mata selama enampuluh menit yg sempat memberiku harapan untuk tetap di sini, menunggu..
tetapi bukit panas ini terlalu lama menunggu siraman hangat selimut malam.. di bukit ini hanya tercipta tawa karena cipratan air-sedikit terbatas cepat menguap dan hanya sekejap. tapi kenapa tidak pindah saja ke tempat lain? yang lebih hangat berangin seperti pantai, atau yang lebih hidup layaknya kota? sayangnya kaki dan hati tidak diperintah oleh otak yg sama ; kaki ingin pergi tapi hati tetap teguh berdiri di sini. heran. apa aku butuh satu otak lagi untuk meyakinkan hati untuk berpindah?tidak perlu. karena hati sudah punya tiga otak alasan mengapa ia harus tetap bergeming dalam remang cahaya. sebuah harapan akan datangnya bisikan lembut penjaga dari tidur saat aku mimpi buruk.
maka kelak, aku percaya, bahwa akan terlihat bintang terindah bukan pada malam yang terengkuh dalam kegelapan, tetapi pada pagi yang nyaman dalam kehangatan..

itulah alasan lain lagi mengapa aku masih tersenyum untuk menunggu
sampai sekarang..

Comments

Popular posts from this blog

terima kasih dan maaf